Selasa, 15 Mei 2018

Cara Menggunakan Indikator Moving Average Untuk Trading Forex Atau Binary IQ Option dan Bitcoin




Sedang mencari indikator trading untuk menentukan trend paling akurat untuk forex scalping atau binary (iq option) yang gratis.Adalah dengan menggunakan indikator moving average yang sering disebut MA.

MA sendiri merupakan indikator berjenis trend, yaitu indikator yang digunakan untuk menentukan trend yang sedang terjadi di market.
Penggunaannya sangat luas bukan saja dalam dunia forex, jika Anda pernah bermain saham dan menggunakan analisa teknikal, maka pasti MA juga digunakan disana.

Toh memang analisa teknikal bersifat universal dan dapat digunakan dalam semua market yang menggunakan data kolektif.

MA juga dapat diturunkan lagi menjadi indikator baru dan benar-benar berbeda dengan indikator aslinya. Jika nanti Anda mulai mempelajari MACD (Moving Average Convergence Divergence) maka Anda akan mengetahui bahwa indikator satu ini pun asalnya juga dari MA (lihat saja namanya).

Moving average mempunyai tiga varian yang berbeda yaitu
  1. Simple Moving Average (SMA)
  2. Exponential Moving Average (EMA)
  3. Weighted Moving Average  (WMA)
Masing-masing merupakan metode rata-rata bergerak, hanya saja cara me-ratakannya yang berbeda satu sama lain. Namun dalam pembacaannya tetaplah sama dan semuanya mengiktui aturan yang berlaku pada Moving Average.
Kenyataannya sejak awal tahun 2000 an, Moving Average bukan saja berkembang dalam 3 varian saja tetapi menjadi lebih dari 5 varian yang disesuaikan dengan kegunaannya saja.

Namun untuk mempersempit ruang pembahasan sekaligus memudahkan Anda dalam menginterprestasikan MA, pembahasan hanya difokuskan pada ketiga jenis MA (SMA.EMA,WMA).

Secara garis besar MA dapat digunakan untuk hal-hal berikut:
  • Menentukan trend yang akan terjadi.
  • Menentukan titik support dan resistance.
  • Memuluskan indikator lain yang terlalu bergerigi.
Aplikasi Moving Average paling banyak digunakan adalah untuk memprediksi arah trend.



1.Simple Moving Average (SMA)

Simple Moving Average (atau biasa disebut Moving Average saja atau juga disingkat SMA) adalah Moving Average paling sederhana dan tidak menggunakan pembobotannya dalam perhitungan terhadap pergerakan closing price.
 

Perhatikan gambar Simple Moving Average dengan Periode 10 berikut ini:

1.Ketika harga bergerak naik (Uptrend), MA berada dibawah dari pergerakan Candlestick harga.

2.Sebaliknya bila MA berpotongan dengan candlestick, trend naik berhenti dan dilanjutkan dengan situasi sideways.

3.ketika trend naik terjadi lalu kemudian MA menembus candlestick dan berpindah dari bawah menuju keatas, itu merupakan pertanda bahwa trend naik telah berakhir untuk kemudian dilanjutkan dengan trend turun.

4.Ketika Harga bergerak turun (Downtrend),MA berada diatas pergerakan Candlestick harga

Nah, bagaimana kalau kita menggunakan dua buah SMA dengan dua periode yang berbeda? Hasilnya akan sangat menarik. Kita akan segera tahu bagaimana hasilnya:

Dengan penggunaan dua SMA dengan dua periode yang berbeda kita dapat lebih akurat lagi memprediksikan kemana harga akan bergerak.

Apabila telah terjadi perpotongan antara harga dengan kedua SMA maka akan dipastikan harga Akan berubah arahnya.



Pada gambar diatas :

1.Apabila MA periode lebih kecil (Periode 10) berada di atas dari periode yang lebih besar (Periode 15) maka trend yang terjadi adalah tren naik.

2.Apabila MA dengan periode yang lebih kecil yaitu periode 10 berada dibawah dari MA yang periodenya lebih besar-yaitu periode 15 maka itu merupakan indikasi harga sedang dalam trend turun.

3.Dapat kita catat juga bahwa apabila rentang antara kedua SMA semakin besar maka kemungkinan trend akan terus berlangsung dan bila mulai terjadi penyempitan jarak diantara keduanya dan sampai terjadi perpotongan kembali, bisa disimpulkan bahwa trend sudah berakhir. Mudah bukan?

Semakin besar periode dari MA maka kurva MA yang dihasilkan akan semakin lebar dan tidak sensitif dalam mengakomodasi perubahan harga.

Sebaliknya, semakin kecil periode MA maka kurva MA yang dihasilkan menjadi semakin semakin sensitif. Dalam hal ini terlalu sensitif atau tidak sensitif sama sekali bukanlah hal yang baik.

Semakin sensitif sebuah kurva MA maka semakin sering sinyal palsu dihasilkan dan membuat trading kita loss. Sebaliknya, semakin tidak sensitif maka sinyal beli atau jual menjadi semakin sedikit yang mengakibatkan sinyal yang muncul sedikit,sehingga kita tidak dapat bertrading.

Kesimpulannya saya gambarkan dalam tabel dibawah ini:
NO
POSISI GARIS SMA
PSIKOLOGI
1
Garis SMA berada dibawah CandlesticK
Uptrend
2
Garis SMA berada diATAS CandlesticK
Downtrend
3
Garis SMA memotong candle dari atas
Perubahan trend menuju NaiK
4
Garis SMA memotong candle dari bawah
Perubahan trend menuju Ke bawah
5
SMA periode lebih kKecil memotong SMA periode lebih besar DARI BAWAH
Perubahan trend menuju NAIK
6
SMA periode lebih kKecil memotong SMA periode lebih besar DARI ATAS
Perubahan trend menuju Ke bawah
7
SMA Periode lebih besar berada DIATAS SMA Periode kKecil
Trend MENURUN
8
SMA Periode lebih besar berada DIBAWAH SMA Periode kKecil
Trend NAIK

2.Weighted Moving Average (WMA)

Pertanyaan pertama yang timbul di benak kita adalah apakah perbedaan SMA dengan WMA? Tentu saja ada perbedaannya. Cukup berbeda sehingga diklasifikasikan menjadi dua bagian.

Tidak cukup banyak berbeda sehingga nama mereka mirip karena menggunakan metodologi yang sama, hanya caranya yang berbeda.

Bayangkan begini: Manakah harga yang memiliki bobot penekanan yang lebih besar dalam memprediksi harga didepan, harga satu jam terakhir yang kita miliki atau harga dua bulan lalu yang kita miliki? Tentu saja yang satu jam terakhir.

Paling tidak pergerakan harga tidak satu jam terakhir akan lebih representatif dalam memprediksi harga didepan apabila dibandingkan dengan harga dua bulan yang lalu.

Bobot penilaian inilah yang diatur oleh WMA. Pada SMA, bobot setiap harga baik dua minggu lalu atau pun dua hari yang lalu memiliki bobot penilaian yang sama. Pada WMA data terakhir memiliki bobot yang lebih besar nilainya dibandingkan harga-harga sebelumnya.

Pembobotan nilai pada WMA akan tergantung pada panjang periode yang kita tetapkan. Semakin panjang periode yang ditetapkan, maka semakin besar pula pembobotan yang diberikan pada data terbaru.

Secara keseluruhan, peraturan pada WMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut kesimpulannya dalam tabel:

NO
POSISI GARIS WMA
PSIKOLOGI
1
Garis WMA berada dibawah CandlesticK
Uptrend
2
Garis WMA berada diatas CandlesticK
Downtrend
3
Garis WMA memotong candle dari bawah
Perubahan trend menurun
4
Garis WMA memotong candle dari atas
Perubahan trend menuju NAIK
5
WMA periode lebih kKecil memotong WMA periode lebih besar DARI BAWAH
Perubahan trend menuju NAIK
6
WMA periode lebih kKecil memotong WMA periode lebih besar DARI ATAS
Perubahan trend menuju Ke bawah
7
WMA Periode lebih besar berada DIATAS WMA Periode kKecil
Trend MENURUN
8
WMA Periode lebih besar berada DIBAWAH WMA Periode kKecil
Trend NAIK

Gambar dibawah ini adalah aplikasi dalam memprediksi trend yang akan terjadi dengan menggunakan WMA. Cara penggunaannya sama persis dengan penggunaan pada SMA. Perhatikan perbedaan SMA dengan WMA berikut ini:


Terlihat WMA lebih responsif dalam memprediksi perubahan trend. Setiap titik peralihan trend tepat berada pada candlestick terakhir trend yang sedang berlangsung.

Perhatikan juga pada gambar di atas akan terjadi kembali perubahan trend dari bearish menuju bullish. Dalam hal ini pemilihan periode yang tepat juga berpengaruh pada presisi penentuan trend.

Nah, sampai disini kita sudah mengetahui bahwa pembobotan harga pada tiap-tiap rentang waktu yang berbeda nilainya juga berbeda.

Namun, apakah metode pembobotan pada WMA merupakan metode pembobotan yang paling cepat dalam memberikan perubahan trend? Tidak. Pada WMA pembobotan dilakukan tidak menyertakan nilai WMA sebelumnya.

Pada bagian setelah ini kita akan melihat metode rata-rata bergerak yang melibatkan fungsi eksponensial dalam melakukan pembobotannya. Hasilnya adalah pemberian sinyal peralihan yang dapat lebih dini.

3.Exponential Moving Average (EMA).

EMA merupakan penyempurnaan dari metode SMA. Seperti kita ketahui bahwa pembobotan SMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan sinyal perubahan trend.

Pemberian bobot pada XMA sama seperti juga pada WMA, melibatkan periode.

Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode yang kita gunakan maka semakin besar bobot nilai terakhirnya, maka pada XMA terjadi sebaliknya yaitu semakin panjang periode yang kita pakai maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir yang kita pakai.

Secara keseluruhan, peraturan pada XMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja.Berikut kesimpulannya saya tampilkan dalam tabel:

NO
POSISI GARIS WMA
PSIKOLOGI
1
Garis EMA berada dibawah CandlesticK
Uptrend
2
Garis EMA berada diatas CandlesticK
Downtrend
3
Garis EMA memotong candle dari bawah
Perubahan trend menurun
4
Garis EMA memotong candle dari atas
Perubahan trend menuju NAIK
5
EMA periode lebih kKecil memotong EMA periode lebih besar DARI BAWAH
Perubahan trend menuju NAIK
6
EMA periode lebih kKecil memotong EMA periode lebih besar DARI ATAS
Perubahan trend menuju Ke bawah
7
EMA Periode lebih besar berada DIATAS EMA Periode kKecil
Trend MENURUN
8
EMA Periode lebih besar berada DIBAWAH EMA Periode kKecil
Trend NAIK
SMA, WMA, EMA Mana yang Lebih Baik?

Nah ini mungkin pertanyaan terakhir yang tersisa dari pembahasan Moving Average kita. Manakah diantara varian indikator MA ini yang paling baik?

Dilihat dari pemberian sinyal bullish atau bearish memang EMA merupakan indikator yang dapat memberikan sinyal yang lebih dini dibanding keduanya.

Tentu saja demikian karena toh XMA memang diciptakan untuk mengeleminir kekekurangan varian MA pendahulunya. Tapi jika pertanyaannya adalah mana yang lebih baik, ini menjadi sangat relatif bergantung pada si pemakai.

Sebagai panduan, semakin sensitifnya sebuah indikator memang akan menjadi sangat membantu untuk memprediksi harga.

Namun sebaliknya, semakin sensitif maka akan semakin banyak juga false signal yang dihasilkan yang artinya bisa saja sinyal yang diberikan ternyata salah atau tidak berlangsung lama. Itu sebabnya kembali bergantung pada sang trader.

Jika Anda adalah seorang yang lebih menyukai permainan yang lebih “safe”, mungkin SMA menjadi lebih cocok dibandingkan varian lainnya.

Dan sebaliknya bila Anda menyukai permainan yang lebih beresiko (yang juga berani kemungkinan memperoleh keuntungan akan sama besarnya dengan resiko yang mungkin terjadi) maka XMA akan lebih baik menurut Anda karena lebih responsif dan lebih cepat dalam pemberian sinyal.

Jika Anda seorang penganut “poros tengah”, silakan gunakan WMA. Yang jelas indikator hanyalah sebuah instrumen, kitalah yang menentukan keputusan berdasarkan petunjuk instrumen tersebut.

Sebenarnya jika dilakukan perhitungan melalui Mean Percentage Absolute Error (MAPE), maka EMA akan memberikan error yang lebih kecil dibandingkan yang lainnya. Namun tetap saja bukan berarti EMA adalah absolut yang terbaik.